BOJONEGORO – LensaNarasi.com TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang kebal terhadap obat TBC. Peyakit ini dapat terjadi karena beberapa alasan, seperti pengobatan TBC yang tidak memadai atau tidak sesuai standar, Kesalahan dalam pemilihan obat, Dosis yang tidak tepat, Durasi pengobatan yang tidak memadai. Gejala yang mungkin dirasakan adalah batuk, demam, berat badan turun dll. Komunitas SSR Yabhysa peduli TBC Bojonegoro memberikan shelter kepada pasien TBC RO yang memiliki rumah jauh dan harus mendapatkan penganan setiap harinya, bisa singgah di shelter tersebut. Hal tersebut menjadi latar belakang di launchingkannya shelter bagi pasien TBC-RO resisten obat, Selasa (29/10/24).
Pada tahun 2021, jumlah penderita tuberculosis (TBC) di Bojonegoro adalah 1.226 kasus. Dengan adanya kasus tersebut di tahun 2024 ini telah diresmikan Rumah Singgah( shelter) terkusus untuk pengidap penyakit TBC-RO yang sudah kebal dengan obat TBC. Dalam peresmian shelter tersebut dihadiri sekitar 50 orang, terdiri dari Dinas Kesehatan (Subkoord. PM, PTM dan Keswa) Bpk. Paiman, Wasor TB Bpk. Nur Tjahjono, SKM.. M. Kes, TO TB Sdri. Ellysa Aprilia Nuraini, dan Sdr. Irwan Susanto. Dari RSUD Sosodoro (Drg. Reni Kartika, Ibu Okta, dr Hapsari, Tarmidi, Linda, Husna), KPA (Komisi Penanggulangan AIDS), Yayasan Pita Merah, KDS Lentera, IDFoS, Perwakilan Puskesmas (Bojonegoro, Wisma Indah, Trucuk) dan Pasien Suppoerter TB RO (26 orang). Lantas diadakannya shelter ini, untuk memberikan tempat singgah sementara bagi pasien TBC RO yang akan berobat di RSUD dr. Sosodoro Djatikoesoemo.
Dian Ika Sukmawati selaku Staf Program Komunitas peduli TBC di Bojonegoro menyampaikan manfaat di launching-kannya rumah singgah tersebut.
“Rumah Singgah ini diperuntukan kepada penderita TBC-RO yang jauh dari jangkauan, dan harus diperiksa minimal tiga hari sekali. Sehingga dengan adanya rumah singgah ini dapat memudahkan mereka untuk mendapatkan pengobatan”, ujarnya.
Tentu berdirinya rumah singgah ini sudah mendapatkan izin langsung dari pihak Kepala Desa setempat dan masyarakat sekitar. Harapan kedepannya dengan didirikan shelter ini adalah memfasilitasi pasien TBC-RO yang memiliki tempat tinggal jauh, agar mendapatkan pelayanan kesehatan setiap harinya. (mld/ynd)